Berbahagialah dan bersedih bersamanya. Itulah salah satu ‘aturan main’ yang berlaku dalam persahabatan. Jika Anda sudah siap jadi sobat yang baik simak aturan main bersahabat ini!
Siapa sih manusia di dunia ini yang bisa hidup tanpa teman? Kata ahli sosiologi, itu semua karena manusia adalah makhluk sosial.
Dengan kata lain, kita tak bisa hidup sendirian di dunia ini. Kita butuh orang lain untuk menyempumakan hidup ini.
Benar juga sih! Memang asyik lho bila kita punya teman yang bisa diajak cerita tentang asmara, atau curhat soal pekerjaan kantor yang rasanya tak ada habis-habisnya.
Anda ingin menjadi sahabat yang baik? Ayo, kita pelajari bersama aturan bersahabat ini agar punya teman segudang.
Anda Harus Bisa Jaga ‘Aib’ Rahasia
Kita, kaum wanita tak mudah percaya pada teman. Kecuali ia juga bercerita soal masalah pribadinya yang cukup seru atau tergolong top secret.
Untuk memancingnya cerita soal pribadi, Anda bisa membuka rahasia ‘kecil’ dulu. Ajak dia nongkrong di kafe, lalu buat ‘pengakuan’, misalnya saja, Anda memakai produk pemutih kulit wajah selama 7 tahun dan kini tengah ketakutan jika terus dilanjutkan Anda bisa jadi seperti Helena Bonham Carter di Planet of the Apes.
Tentu saja, si sobat pasti akan terkejut setengah mati. Tapi setelah itu, pasti dia merasa tersanjung karena Anda mempercayainya.
Setelah itu, segalanya akan mengalir begitu saja. Dia pasti akan bercerita rahasia yang mungkin saja bobotnya lebih ‘berat’ dibanding kisah Anda.
Inilah yang disebut “Senjata Rahasia Bersama”. Anda dan sahabat telah saling tahu ‘aib’ masing-masing. Dari sinilah terbangun kepercayaan. Indah bukan ikatan persahabatan itu?
Anda Boleh Kencan Dengan Mantan Pacarnya, Hanya Bila:
- Pria itu tak lagi jadi kekasihnya.
- Hubungan mereka berdua memang tak pernah serius.
- Sahabat telah bertemu pria lain.
- Sang sobat sudah ‘jalan’ dengan pria lain yang jauh lebih OK.
Bila Anda sekarang jatuh hati pada mantan pacar sahabat, Anda mungkin perlu bersikap sedikit berhati-hati.
Soalnya, ego sahabat Anda sudah pasti akan terguncang. Walau bisa jadi di depan Anda dia masih bisa berkata manis: “Saya tidak apa-apa, kok! Silakan saja jalan bareng Tommy.
Kamu berdua pasti jadi pasangan ideal dibanding saya dulu. Lagipula saya sudah tak cinta lagi padanya!” Namun, jauh di lubuk hati sang sobat pasti muncul beragam tanya: Bagaimana mungkin si mantan berbalik arah dan jatuh cinta pada Anda?
Apakah Anda bisa lebih cantik dan mesra dibanding dia? Apakah si mantan itu akan menceritakan semua kekurangannya pada Anda?
Nah, inilah tugas Anda untuk meyakinkan sang sobat, kalau kisah cintanya dulu dengan pria itu juga indah dan hot.
Nah, jika Anda sekarang sudah ‘jalan’ bareng dengan mantan pacar sahabat, buatlah skenario dalam benak Anda, bahwa si sobatlah yang mendepak pria itu, walau kenyataannya tak demikian.
Gengsi si sobat pun tetap terjaga. Sahabat pun pasti akan memberikan restunya pada Anda (walau sedikit tidak rela!).
Jadilah Cermin Yang Baik Untuknya
Sering kali kita tak enak berterus terang mengenai kenyataan pada sahabat. Misalnya saat teman Anda bertanya, “Jawab dong dengan jujur, apa saya sudah kegemukan?”
Lidah Anda langsung kelu dan sebuah kebohongan pun meluncur, “Ah, kamu terlihat langsing, kok!” Sebagai sahabat sejati, Anda seharusnya bisa berkata jujur.
Katakan saja, “Sepertinya jeans kamu sekarang tambah ketat ya?” Kadang Anda lebih memilih bohong karena takut tali persahabatan terputus.
Tapi mulai sekarang, cobalah berkata jujur, apalagi bila itu menyangkut penampilan dan kecantikan sahabat sendiri.
Awalnya, telinga sang sobat mungkin sedikit memerah. Namun, bila dia tahu maksud baik Anda, pasti bisa menerimanya.
Jika Anda harus mengkritik penampilannya yang tambah berantakan, ceritakan padanya, di masa lalu Anda pernah seperti itu.
Setelah itu, tawarkan diri untuk menemaninya ke salon atau gabung di kursus senam.
Jangan Cuma Mau Ambil Untung Saja
Disadari atau tidak, kadang kita bersikap semau hati pada sahabat alias cari untung sendiri. Coba ingat-ingat lagi: Berapa kali Anda pernah pinjam baju atau uang dan pura-pura lupa?
Pernahkah Anda menelepon dia di kantor dan curhat berjam-jam soal pacar yang menyebalkan? Seringkah Anda datang ke rumahnya dan menghabiskan makanan kecil kesukaannya?
Jika Anda merasa bersalah selama ini telah memperlakukan dia bak ‘keset kaki’, bagaimana bila akhir minggu ini mentraktir dia makan steak?
Luangkan Waktu Untuk Mendengar Kisah Cintanya
Kaum wanita senang bercerita dengan teman dekat bila sedang jatuh cinta. Nah, bila Anda bersahabat, bersiap-siaplah untuk itu.
Bila si sobat sedang ‘berbunga’ hatinya karena ditaksir seorang pria dan siang-malam ia bercerita soal kehebatannya, dengarkanlah! Walau dalam hati rasanya ingin berteriak, “Bosan! Sudah puluhan kali kau sebut itu!”
Jadilah pendengar yang baik. Bahkan kadang sampai harus mendengar TMII (Too Much Intimate Information) tentang pacarnya.
Mungkin Anda sudah jengah mendengar pengalaman ciuman pertamanya dengan pria itu. Tapi cobalah untuk tahan duduk manis di sisinya.
Jika suatu saat Anda ketiban asmara, Anda toh akan berlaku sama. Ingin ngoceh terus tentang kehebatan si kekasih hati!
Jadilah ‘Kantong Udara’ Saat ‘Kecelakaan’ Menimpanya
Sobat yang baik biasanya selalu ada saat kemalangan menimpa. Misalnya saja: Ketika melihat sobat terpeleset, kita pun segera menolongnya bangkit berdiri. Atau saat kawan akrab di kantor sedang asyik chatting di internet, sementara Anda tahu si bos datang, segera beri kode padanya.
Intinya, sahabat sejati selalu siap jadi ‘kantong udara’ yang sedikit banyak meredam efek kecelakaan bagi temannya.
Kedengarannya amat mudah. Tapi jadi ‘kantong udara’ (air bag) berarti Anda juga ikut merasakan hempasan ‘kecelakaan’ yang menimpa sahabat.
Dijamin, teman Anda akan selalu mengingat budi baik itu. Dan ketika kesialan datang menimpa Anda, si teman yang pernah ditolong, takkan lupa!
Jangan Biarkan Dia Merana Sendiri
Siap punya sahabat? Berarti siapkan sebuah hati yang lapang untuk menerima teman dengan segala masalahnya.
Sebut saja, Tia, si sobat, merengek-rengek minta Anda menemaninya pergi kencan ke kafe, karena si dia akan mengajak gank-nya. Kalau memang Anda tak punya acara penting, ayunkan kaki dengan ringan pergi menemaninya.
Tapi di sana jangan sekali-kali ‘bermain mata’ dengan teman kencannya, ya! Aturan main lainnya: Bila di suatu tengah malam, answering machine Anda menyuarakan suara sahabat yang terisak-isak, jangan pura-pura tak mendengar.
Segera angkat! Dia paling hanya butuh 15 menit menceritakan dukanya. Dan hiburlah sahabat, “Sudahlah Honey, kamu pasti bisa mengatasinya.” Jangan meninggalkannya saat ia sedang bersedih, karma persahabatan bisa berbalik pada Anda, lho!
Jangan Pernah Menghakimi
Suatu ketika mungkin sahabat Anda datang minta nasehat untuk suatu masalah. Anda pun memberinya saran.
Namun ternyata, sahabat tak menuruti saran Anda, malah melakukan tindakan yang bertentangan. Nah, walau hati Anda kesal setengah mati, jangan menghakiminya. Menyalahkan tindakan sahabat Anda. Karena dia malah akan ‘lari’ dari Anda.
Semua orang pernah berbuat salah. Lebih baik tutup mulut Anda saat tahu sahabat bertindak kurang bijak. Bagaimanapun, dia tetap teman Anda.
Saling Terbuka Dalam Soal ‘Kewanitaan’
Asyiknya punya sahabat wanita adalah Anda berdua bisa saling tukar cerita seputar masalah ‘kewanitaan’ alias ginekologi. Anda bisa berkeluh kesah tentang datangnya ‘si putih’. Atau saat sang tamu bulanan yang sudah ditunggu tak kunjung datang.
Terbuka bersama sahabat dalam masalah ini membuat tubuh Anda lebih rileks dan nyaman. Pikiran pun lebih tenang. Anda berdua bisa mencari solusi bersama. Misalnya, pergi ke dokter spesialis ginekologi ditemani sahabat, tentu saja.
Stop Pamer Kehebatan
Lebih sensitif dengan kondisi sahabat. Jangan bercerita soal promosi di kantor, ketika sahabat sampai sekarang masih mencari kerja.
Atau Anda cerita telah beli rumah sendiri di saat ia masih tinggal bersama tantenya yang galak. Tentu saja, sahabat berkata sangat ingin mendengar kisah sukses hidup Anda. Tapi kalau Anda cerita terlalu heboh, terlalu detail, tentu malah membuat dia ‘mual’.
Jadi bila Anda ingin cerita kehebatan diri, sadari dulu keadaan sahabat. Belum tentu kisah hidup si sobat seindah kehidupan Anda.
Memang, sahabat tetap jadi orang pertama yang mendengar cerita ‘keberhasilan’ Anda. Dia tentu akan merasa bahagia mendengarnya.
Tapi, kalau Anda lihat wajahnya mulai berubah karena menahan mual, segera hentikan atau alihkan cerita. Paham, bukan?